Thursday, January 14, 2010

Toll Road in India compare to Indonesia

Well... It is very very sad to read this articles, regarding the toll road in India. In India they manage to build 20 Km toll road a day, compare to Indonesia which is juat able to build 6 km a day (which I doubt).

JORR 2 which consist of toll road in Cibubur has not been realized until today, as we know the project has been started (the concept) since the year of 2000.

We are talking about toll road in Jakarta and we have not yet talked about tollroad outside Jakarta.

Anyway here is the article from Kompas 13 Jan 2010
=======
Pembangunan Tol Jalan di Tempat
KOMPAS/LASTI KURNIA




Pekerja menyelesaikan proyek jalan tol lingkar luar di kawasan Daan Mogot, Jakarta, Senin (15/6). Proyek infrastruktur selain diperlukan sebagai daya tarik masuknya investasi, juga menjadi tempat menampung tenaga kerja. Sayangnya, APBN tahun ini memangkas anggaran untuk infrastruktur.

Rabu, 13/1/2010 | 16:27 WIB

oleh Haryo Damardono

Menteri Transportasi Jalan dan Jalan Bebas Hambatan India Kamal Nath menjanjikan akan membangun jalan baru sepanjang 20 kilometer dalam sehari. Artinya, India ibaratnya hanya butuh waktu sekitar tujuh hari untuk membangun jalan tol Jakarta-Bandung.

Padahal, Kamal Nath belum setahun menjabat Menteri Transportasi Jalan. Mei 2009, saat dia mulai memerintah, India baru membangun 2 km jalan per hari. "Hari ini menjadi 9 km jalan per hari. ”Dan, April 2010, pertambahan jalan pasti 20 kilometer per hari,” ujarnya.

India luar biasa. The Golden Quadrilateral—empat lajur jalan bebas hambatan penghubung Delhi, Mumbai, Chennai, dan Kalkuta, sepanjang 5.846 km—telah selesai dibangun. Dana pembangunan Rp 68 triliun berasal dari pajak bensin dan kendaraan serta pinjaman pemerintah.

Hingga akhir tahun ini, lebih dari 50 persen koridor jalan bebas hambatan dengan jalur utara-selatan dan barat-timur India juga telah terbangun. Untuk proyek itu, telah habis dana sebesar Rp 80 triliun, yang berasal dari pajak bensin dan kendaraan serta pinjaman pemerintah.

The Golden Quadrilateral dan Koridor Utara-Selatan Barat-Timur dikenal sebagai National Highway Development Program (NHDP) tahap I dan II.

Adapun NHDP tahap III adalah 12.109 km jalan bebas hambatan. NHDP III tidak lagi didanai pajak atau pemerintah, sebaliknya pola build, operate, and transfer. Investor diminta membangun jalan itu.

Untuk kebutuhan pendanaan NHDP III, Nath bertemu India-America Chamber of Commerce di New York, September 2009, lalu ke Malaysia bulan Januari 2010. Nath berkelana untuk ”menjual” India. UU Infrastruktur India sangat liberal, kepemilikan asing boleh 100 persen dalam proyek jalan.

Janji Nath juga menggema di Indonesia seiring tulisan di harian ini. Komentar muncul mulai dari birokrat, akademisi, hingga masyarakat umum. Keterkejutan adalah reaksi yang umum.

China telah diketahui mampu membangun 24 km jalan per hari dan India berjanji membangun 20 km per hari. Lantas, bagaimana dengan Indonesia?

Di Indonesia 6 km per hari

Untuk mengetahui prestasi pembangunan jalan baru di Indonesia, Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Hermanto Dardak merefleksikan prestasi lima tahun terakhir.

”Dalam lima tahun, kita berhasil membangun 11.000 km lajur baru,” ungkap Hermanto.

Jalan sepanjang 11.000 km itu, ujar Hermanto, tidak selalu rute jalan baru, tetapi juga penambahan lajur dari dua menjadi empat. Jika dihitung, penambahan jalan ternyata hanya sekitar 6 km per hari.

Supaya lebih banyak jalan terbangun, awalnya diandalkan dana preservasi jalan. Singkatnya, pemeliharaan jalan menggunakan dana preservasi dari pajak kendaraan dan pajak bahan bakar. Sementara pembangunan jalan baru dari APBN dan APBD.

Melalui dana preservasi jalan, sesungguhnya masyarakat dididik bertanggung jawab memelihara jalan. Barangsiapa sering menggunakan jalan, harus membayar pajak untuk jalan lebih mahal untuk biaya pemeliharaan jalan.

Akan tetapi, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah hanya mengatur paling sedikit 10 persen dari pajak atas kendaraan bermotor untuk pemeliharaan jalan atau transportasi umum.

Direktur Bina Program Ditjen Bina Marga Kementerian PU Taufik Widjoyono menjelaskan, ”Dalam draf Perpres Dana Preservasi Jalan, sebagian dana pemeliharaan jalan tetap dari APBN dan APBD.”

Padahal, seharusnya dana preservasi jalan mampu dioptimalkan. Anggaran Bina Marga sebesar Rp 16,5 triliun sepenuhnya untuk pembangunan jalan. Tidak lagi terpecah untuk pemeliharaan jalan.

Dampaknya lebih dalam lagi, pertambahan jalan di Indonesia kalah dari China dan India. Dengan demikian, daya saing ekonomi Indonesia berpotensi makin terpuruk daripada dua negara itu. Biaya transportasi pun tinggi karena rasio jalan rendah.

Lebih menyedihkan

Dibandingkan dengan India dan China, pembangunan tol di Indonesia lebih menyedihkan lagi. Dalam lima tahun hingga 2014, Indonesia hanya menargetkan 800 km jalan tol.

Kalau di India, pembangunan jalan tol dari Cawang hingga Cibinong bisa dibangun dalam sehari. Di Indonesia, butuh waktu sangat lama.

Investor jalan tol yang memenangi tender pada akhir 1990-an sering kali tidak mempunyai uang sehingga pembangunan proyek tol menjadi lamban.

Namun, pemerintah takut memutus kontrak jalan tol. Ironisnya, ketika pemerintah mengerjakan sendiri Jalan Tol Solo-Ngawi-Kertosono dengan dana pembebasan lahan dari APBN, proyek itu juga tersendat-sendat.

Alasannya, anggaran dari APBN juga seret (Kompas, 20 Agustus 2009). Padahal, jika lahan tol itu dibebaskan dengan cepat, sudah ada investor dari Australia yang siap membangun konstruksinya.

Singkat kata, pemerintah memberikan teladan buruk dalam menyelesaikan proyek tol yang dibangunnya sendiri. Akses Tol Tanjung Priok, misalnya, juga lambat dibangun pemerintah.

Padahal, buruknya akses jalan menuju Pelabuhan Tanjung Priok dikeluhkan oleh banyak pihak sejak lama.

Seandainya Nath menjadi Menteri Pekerjaan Umum di Indonesia? Kemungkinan dia pun harus sibuk untuk melobi antarinstansi untuk menuntaskan regulasi pembebasan lahan.

Setelah itu, baru dia bisa road show ke luar negeri untuk menawarkan proyek jalan tol di Indonesia. Di India, para pejabat terbiasa naik mobil kuno Ambassador.

Berbeda dengan di Indonesia, para pejabat publik umumnya menggunakan mobil mewah sehingga tidak bisa merasakan kondisi jalan yang sesungguhnya.

Seandainya Pemerintah Indonesia bisa mengangkat menteri dengan kualifikasi seperti Nath, barangkali Jalan Tol Jakarta-Surabaya bisa dibangun hanya dalam waktu 2,5 bulan.

1 comment:

  1. ayo kita sama2 berusaha mencarai seseorang yg berkualitas supaya negara kita juga bisa menjadi lebih baik

    ReplyDelete